Wednesday, October 23, 2013

Bali Yang Mereka Bilang

Seminggu yang lalu gw baru aja balik dari Bali. Di sana gw liburan bareng keluarga gw. Lumayan lama nih gw liburannya (setidaknya untuk ukuran pegawai kantoran di Jakarta yang baru kerja 2 tahun) hehehehehe.. Yah, seminggu bisa dibilang lama lah ya,, abisnya pas gw balik beberapa temen kantor pada kayak yang sirik gitu bilang gw liburannya kelamaan. Tapi ngga apa-apalah ya,, secara udah 5 tahun gw kerja, baru kali ini gw libur seminggu, biasanya juga paling lama 4 hari, itu pun liburan akhir tahun.

Well, liburan ini udah direncanain sejak beberapa bulan sebelumnya. Awalnya tuh berawal dari iseng-iseng liat website maskapai penerbangan yang lagi pada promo. Ya udah deh, kebetulan pas long weekend, pas ada tiket murah ke Bali. Ceritanya nyokap tuh pengen banget jalan-jalan ke Bali. Ya jadilah kita sekeluarga ke sana.

Sebenernya tuh gw rada ngga suka jalan-jalan ke Bali. Walaupun banyak orang bilang klo Bali itu indah, tapi menurut gw, sejauh gw liat foto-foto Bali, pemandangannya tuh biasa aja, masih banyak yang lebih indah di Indonesia, terutama kawasan Indonesia Timur. Trus yang bikin gw ga begitu excited sama Bali adalah karena Bali terlalu terkenal, jadi banyak orang yang ke sana, trus pasti objek wisata di sana rame banget pengunjungnya. Sementara gw adalah penikmat sepi di waktu liburan. Hal lain yang gw pikirkan soal Bali adalah ketika gw akan bercerita soal Bali. Menurut gw udah banyak orang yang punya cerita soal Bali, jadi cerita gw bakal biasa aja. Beda klo gw cerita tentang perjalanan gw di NTT, pedalaman Kalimantan, atau Sulawesi yang belum banyak orang tau.

Begitulah ketika kami sekeluarga berangkat, mereka semua berpekik senang ketika menyebutkan kata ‘Bali’. Sementara yang ada di otak gw adalah ekspresi seperti ini:  -______-“ Bahkan ketika pesawat yang kami tumpangi mendarat di Ngurah Rai, gw masih males-malesan. Ga seperti biasanya ketika gw pergi ke tempat yang belum pernah gw datangi sebelumnya, gw ngga foto-fotoin view dari dalam pesawat, ngga fotoin airportnya juga.

Tapi persepsi gw berubah ketika gw masuk ke Pulau Dewata itu. Benarlah Bali disebut sebagai Pulau Dewata. Gw melihat ketaatan masyarakat Bali dalam beribadah, di mana setiap rumah memiliki tempat sembahyang, setiap toko atau tempat usaha menyediakan canang di depan tempat usaha mereka, banyak pura di antara lokasi perumahan atau tempat usaha dan kepatuhan mereka melaksanakan upacara ibadah keagamaan mereka.


Lalu masyarakat Bali adalah orang-orang yang sangat open minded tapi tetap teguh memegang budaya warisan leluhur mereka. Terlihat dari bentuk rumah mereka yang tetap mempertahankan bentuk rumah adat Bali, pakaian yang mereka kenakan dalam upacara-upacara adat, hidup mereka yang terlihat teratur dengan sesama dan alam, kreativitas mereka dalam seni, cara mereka menyambut orang-orang yang datang ke Bali, bahkan mereka terlihat merasa tidak terganggu dengan kunjungan wisatawan di lokasi peribadahan mereka, mereka tetap khusyuk melakukan sembahyang walaupun diamati oleh banyak orang asing.



Bali juga punya jenis wisata yang komplit, dari wisata bahari, religi, budaya, belanja, olah raga, kuliner dan banyak lagi. Bahkan di setiap sudut pulau Bali punya sesuatu yang konsisten yang memperlihatkan ciri khas Bali.  Ini cerminan kreativitas dan harmonisasi hidup orang Bali.


Hal-hal seperti itulah yang membuat gw merasa nyaman dan senang selama di Bali. Gw merasa orang Bali menjalani keseharian mereka dengan ketulusan dan penuh kasih, sehingga semua orang yang datang bisa merasakan itu dan senang dengan kehidupan di Bali.

Gw jadi berpikir, kenapa orang Bali bisa seperti itu? Jika banyak orang senang di Bali, kenapa mereka tidak bisa meniru kehidupan masyrakat Bali agar kita semua bisa hidup harmonis? Klo aja semua orang yang pernah ke Bali ketika kembali dari sana bisa meniru kehidupan warga Bali yang seperti itu, alangkah indahnya dunia ini.

No comments:

Post a Comment