Seminggu yang lalu gw baru aja balik dari Bali. Di sana gw
liburan bareng keluarga gw. Lumayan lama nih gw liburannya (setidaknya untuk
ukuran pegawai kantoran di Jakarta yang baru kerja 2 tahun) hehehehehe.. Yah,
seminggu bisa dibilang lama lah ya,, abisnya pas gw balik beberapa temen kantor
pada kayak yang sirik gitu bilang gw liburannya kelamaan. Tapi ngga apa-apalah
ya,, secara udah 5 tahun gw kerja, baru kali ini gw libur seminggu, biasanya
juga paling lama 4 hari, itu pun liburan akhir tahun.
Well, liburan ini udah direncanain sejak beberapa bulan
sebelumnya. Awalnya tuh berawal dari iseng-iseng liat website maskapai
penerbangan yang lagi pada promo. Ya udah deh, kebetulan pas long weekend, pas
ada tiket murah ke Bali. Ceritanya nyokap tuh pengen banget jalan-jalan ke
Bali. Ya jadilah kita sekeluarga ke sana.
Sebenernya tuh gw rada ngga suka jalan-jalan ke Bali.
Walaupun banyak orang bilang klo Bali itu indah, tapi menurut gw, sejauh gw
liat foto-foto Bali, pemandangannya tuh biasa aja, masih banyak yang lebih
indah di Indonesia, terutama kawasan Indonesia Timur. Trus yang bikin gw ga
begitu excited sama Bali adalah karena Bali terlalu terkenal, jadi banyak orang
yang ke sana, trus pasti objek wisata di sana rame banget pengunjungnya.
Sementara gw adalah penikmat sepi di waktu liburan. Hal lain yang gw pikirkan
soal Bali adalah ketika gw akan bercerita soal Bali. Menurut gw udah banyak
orang yang punya cerita soal Bali, jadi cerita gw bakal biasa aja. Beda klo gw
cerita tentang perjalanan gw di NTT, pedalaman Kalimantan, atau Sulawesi yang
belum banyak orang tau.
Begitulah ketika kami sekeluarga berangkat, mereka semua
berpekik senang ketika menyebutkan kata ‘Bali’. Sementara yang ada di otak gw
adalah ekspresi seperti ini: -______-“
Bahkan ketika pesawat yang kami tumpangi mendarat di Ngurah Rai, gw masih
males-malesan. Ga seperti biasanya ketika gw pergi ke tempat yang belum pernah
gw datangi sebelumnya, gw ngga foto-fotoin view dari dalam pesawat, ngga fotoin
airportnya juga.
Tapi persepsi gw berubah ketika gw masuk ke Pulau Dewata
itu. Benarlah Bali disebut sebagai Pulau Dewata. Gw melihat ketaatan masyarakat
Bali dalam beribadah, di mana setiap rumah memiliki tempat sembahyang, setiap
toko atau tempat usaha menyediakan canang di depan tempat usaha mereka, banyak
pura di antara lokasi perumahan atau tempat usaha dan kepatuhan mereka melaksanakan
upacara ibadah keagamaan mereka.
Lalu masyarakat Bali adalah orang-orang yang sangat open minded
tapi tetap teguh memegang budaya warisan leluhur mereka. Terlihat dari bentuk
rumah mereka yang tetap mempertahankan bentuk rumah adat Bali, pakaian yang
mereka kenakan dalam upacara-upacara adat, hidup mereka yang terlihat teratur
dengan sesama dan alam, kreativitas mereka dalam seni, cara mereka menyambut
orang-orang yang datang ke Bali, bahkan mereka terlihat merasa tidak terganggu
dengan kunjungan wisatawan di lokasi peribadahan mereka, mereka tetap khusyuk
melakukan sembahyang walaupun diamati oleh banyak orang asing.
Bali juga punya jenis wisata yang komplit, dari wisata
bahari, religi, budaya, belanja, olah raga, kuliner dan banyak lagi. Bahkan di
setiap sudut pulau Bali punya sesuatu yang konsisten yang memperlihatkan ciri
khas Bali. Ini cerminan kreativitas dan
harmonisasi hidup orang Bali.
Hal-hal seperti itulah yang membuat gw merasa nyaman dan
senang selama di Bali. Gw merasa orang Bali menjalani keseharian mereka dengan
ketulusan dan penuh kasih, sehingga semua orang yang datang bisa merasakan itu
dan senang dengan kehidupan di Bali.
Gw jadi berpikir, kenapa orang Bali bisa seperti
itu? Jika banyak orang senang di Bali, kenapa mereka tidak bisa meniru kehidupan
masyrakat Bali agar kita semua bisa hidup harmonis? Klo aja semua orang yang
pernah ke Bali ketika kembali dari sana bisa meniru kehidupan warga Bali yang
seperti itu, alangkah indahnya dunia ini.
No comments:
Post a Comment