Rasa takut
itu manusiawi sekali. Tapi kalau sudah berlebihan, rasa takut justru menjadi
penghalang dalam menggapai mimpi dan harapan.
Sebulan yang
lalu ketika saya kembali ke kota asal saya, saya bertemu beberapa teman lama.
Mereka bertanya tentang perjalanan yang banyak saya lakukan belakangan ini.
Mereka melihat foto-foto perjalanan saya yang saya unggah di media sosial.
Hal-hal yang mereka tanyakan adalah, saya pergi dengan siapa, bagaimana daerah
yang saya datangi, rencana akan pergi ke mana lagi dan pertanyaan-pertanyaan
sejenis lainnya.
Namun ada
satu pertanyaan mereka yang sangat menggelitik saya, dan pertanyaan tersebut
cukup sering disampaikan orang-orang kepada saya. Pertanyaannya adalah: “Sonti,
memang kamu tidak takut pergi ke tempat asing yang sejauh itu?”
Kalau saya
takut, maka tidak akan ada hal yang bisa saya ceritakan kepada dunia dan kepada
keturunan saya kelak. Kalau saya takut, maka keinginan saya untuk
berjalan-jalan tidak akan pernah tercapai. Keinginan saya untuk menjelajahi banyak tempat
bumi ini jauh lebih besar dari rasa takut saya.
Jujur saja, memang
selalu ada rasa takut dalam diri saya setiap saya berangkat untuk melakukan
perjalanan. Namun kata-kata ibu saya yang selalu saya pegang, “Untuk apa takut?
Seperti tidak punya Tuhan saja.” Orang-orang komunis yang atheis itu saja
berani melakukan hal-hal nekad, lalu kenapa saya harus takut untuk melakukan
hal yang menyenangkan.
Hi kak Son, permisi liat2 blog nya
ReplyDelete