Thursday, December 10, 2015

Lemah dan Ringkih!

Hari ini kantor gw heboh karena ada insiden lift jatuh. Detail kejadiannya bisa dicari di berbagai portal berita lokal, karena banyak wartawan yg ngeliput kejadian itu dan polisi juga ikut menangani, search aja lift gedung Nestle. Apa penyebabnya? Katanya sih ada main rope yang putus dan kabel sling penahan lift juga lost, sehingga lift otomatis terhempas ke lantai terbawah. Akibatnya ada 2 korban jiwa meninggal dan 1 korban luka parah.

Seharian gw mikir betapa ngerinya kejadian itu, hanya karena lost sling ada 2 nyawa terenggut. Kemudian ingatan gw melayang pada pembicaraan dengan seorang teman gw ketika sedang menunggu jadwal menonton di sebuah bioskop hari Minggu sebelumnya. Saat itu teman gw ini memulai topik pembicaraan soal kecelakaan yg menimpa pesawat AirAsia di Desember setahun yg lalu. Katanya sih penyebabnya baru terungkap belakangan ini, yaitu karena lepasnya salah satu baut kecil di mesin pesawat.

Pikiran gw melayang ke para korban. Mereka meninggal mendadak, entah apa yang mereka atau keluarga mereka pikirkan di malam sebelum kepergian mereka. Karyawan Nestle itu mungkin hanya pamit untuk bekerja ke keluarga mereka di pagi hari, dan para penumpang AirAsia itu mungkin hanya pamit untuk pergi liburan. Dan terjadilah hal tanpa diduga oleh siapa pun mereka mati karena 1 kesalahan teknis yg sepertinya terlihat kecil yg menyebabkan kecelakaan.

Gw jadi teringat ke ayah gw yg juga meninggal karena kecelakaan. Bukan karena ayah gw ngga hati-hati ketika berkendara, tapi entah kenapa karena satu senggolan kecil sebuah mobil pick up di bagian belakang motor yg kami tumpangi, kami lalu terjatuh dan ayah gw pun meninggal. Ngga ada yg menduga ada nyawa yg melayang karena hal kecil.

Bagaimana reaksi kita ketika melihat semua kejadian ini? Jadi takut masuk lift? Iya, gw sempet parno tadi untuk masuk lift lagi. Tapi masa iya gw kudu naik turun tangga setinggi 11 lantai tiap ngantor? Jadi takut naik motor di jalanan? Tapi gimana kalo gw cuma punya motor ato cuma sanggup bayar ojeg? Jadi ngga berani naik pesawat? Lalu gimana mau traveling kalo ngga berani naik pesawat?

Wajar aja kalo manusia bereaksi takut dan traumatis. Tapi semua ini semakin membuka mata gw, betapa kecil dan ringkihnya manusia, bahkan karena sebuah baut terlepas ratusan nyawa bisa hilang, bahkan ketika kita udah berhati-hati memenuhi semua aturan berlalu lintas tiba2 ada orang yg tidak berhati2 seperti kita malah mencelakakan kita, bahkan ketika di area kerja yg terlihat aman, nyawa bisa melayang.

Betapa kita manusia ngga bisa mempercayakan hidup kita di tangan pilot yg handal atau teknisi pesawat terbang yg berpengalaman, kepada safety rule yg kita patuhi selama berkendara, kepada bagian maintenance buildiing yg mengawasi kondisi gedung yg tiap hari kita datangi.

Ngga. Kita ngga pernah tau kapan waktunya Tuhan. Di tempat teraman sekalipun di seluruh dunia, jika Tuhan udah bilang waktunya pulang, maka waktumu selesai sampai di situ. Dan tak ada satu pun manusia yg lemah dan ringkih ini tau kapan waktunya selesai. Bisa saja waktu terakhir kita adalah detik ini, sejam lagi, esok, lusa, minggu depan, tahun depan, entahlah. Tak perlu ditunggu, waktunya akan datang. Lakukan yg positif selama waktu masih ada.

No comments:

Post a Comment