Monday, February 22, 2016

Menjadi Dewasa



Aku orang yang sangat keras kepala. Percayalah, jika aku menginginkan sesuatu aku akan berusaha keras, sangat keras, untuk mewujudkan keinginanku. Tak ada yang bisa menghalangiku, bertengkar dan ribut pun tak menjadi masalah bagiku asal aku mendapatkan apa yang aku mau.

 Ya, aku memang kekanak-kanakan. Ketika aku masih kecil aku akan menangis meraung-raung dengan suara kencang agar keinginanku dipenuhi. Ketika umurku bertambah, aku mulai menyadari aku tak bisa hanya marah-marah untuk mendapatkan apa yang aku mau. Aku mulai melatih diriku sendiri untuk mendapatkan apa yang aku mau. Aku berusaha keras agar aku bisa mewujudkan segala keinginanku dengan tanganku sendiri. Dan ketika aku semakin dewasa aku belajar untuk meminta kepada Tuhan agar semua keinginanku bisa tercapai. Tapi semua yang aku minta adalah soal keinginanku.

It’s always been about me, myself, and I

Tapi kemudian aku belajar, hidup tidak melulu soal apa yang aku mau dan menempuh berbagai cara untuk mencapainya. Tidak, hidup bukan hanya soal aku dan egoku. Aku mulai memikirkan kita, bukan hanya aku dan diriku. Ada tujuan hidup yang harus aku tempuh bersama seseorang dan aku tak bisa sendirian mewujudkannya.

Me, a family, a house, a family           

Dan untuk itu aku harus belajar dan berproses untuk  melunturkan keinginan pribadi, mengurangi egoku, karena hidup bukan hanya soal duniaku sendiri. Menjadi dewasa berarti mau berkorban untuk kebahagiaan bersama. Hidup adalah untuk berbagi, dan menjalaninya untuk mencapai satu tujuan bersama.

No comments:

Post a Comment