Aku orang
yang sangat keras kepala. Percayalah, jika aku menginginkan sesuatu aku akan
berusaha keras, sangat keras, untuk mewujudkan keinginanku. Tak ada yang bisa
menghalangiku, bertengkar dan ribut pun tak menjadi masalah bagiku asal aku
mendapatkan apa yang aku mau.
Ya, aku memang kekanak-kanakan. Ketika aku
masih kecil aku akan menangis meraung-raung dengan suara kencang agar
keinginanku dipenuhi. Ketika umurku bertambah, aku mulai menyadari aku tak bisa
hanya marah-marah untuk mendapatkan apa yang aku mau. Aku mulai melatih diriku
sendiri untuk mendapatkan apa yang aku mau. Aku berusaha keras agar aku bisa
mewujudkan segala keinginanku dengan tanganku sendiri. Dan ketika aku semakin
dewasa aku belajar untuk meminta kepada Tuhan agar semua keinginanku bisa
tercapai. Tapi semua yang aku minta adalah soal keinginanku.
“It’s always been
about me, myself, and I”
Tapi
kemudian aku belajar, hidup tidak melulu soal apa yang aku mau dan menempuh
berbagai cara untuk mencapainya. Tidak, hidup bukan hanya soal aku dan egoku.
Aku mulai memikirkan kita, bukan hanya aku dan diriku. Ada tujuan hidup yang
harus aku tempuh bersama seseorang dan aku tak bisa sendirian mewujudkannya.
“Me, a family, a house, a family”
Dan untuk itu aku harus belajar dan berproses
untuk melunturkan keinginan pribadi,
mengurangi egoku, karena hidup bukan hanya soal duniaku sendiri. Menjadi dewasa berarti mau berkorban untuk kebahagiaan bersama. Hidup adalah
untuk berbagi, dan menjalaninya untuk mencapai satu tujuan bersama.
No comments:
Post a Comment