Monday, October 4, 2010

mister nol persen

dia adalah orang pertama yang aku temui ketika aku harus belajar tentang pekerjaanku secara langsung di lapangan. aku belajar banyak dari dia tentang pekerjaanku ini. aku mengagumi cara dan hasil kerjanya. tak heran kalau cara kerjaku banyak diadopsi dari dia. dan ketika aku bingung, maka orang pertama yang terlintas di benakku yang akan aku hubungi untuk bertanya dan berkonsultasi adalah dia. dia memang tak sempurna, tapi pengalaman membuatnya belajar. aku hanya ingin mengaguminya sebatas itu.

semuanya mengalir begitu saja, dan semua ini pun terjadi perlahan. melepasnya sungguh bukan hal yang mudah bagiku. aku tak ingin berjalan terlalu jauh dengannya. aku tak mau menyakiti hatiku sendiri dan hatinya lebih lagi. ya, semua memang soal tembok yang tinggi itu. aku sungguh ingin tembok itu hilang, tapi entah bagaimana caranya, aku tak tahu.

ketika ada yang lain di sampingnya, dia malah segera berpaling kepadaku begitu matanya menangkap sosokku muncul di hadapannya. dia mengabaikan yang lain dan lebih memilih untuk berbicara denganku. sementara aku berusaha untuk tidak memperdulikannya. karena aku punya sesuatu yang lain yang lebih berharga melebihi apa pun di dunia ini yang tak akan pernah mungkin aku tinggalkan demi apa pun.

No comments:

Post a Comment