Tuesday, June 26, 2012

another life


Hari ini, 26 Juni 2012. Jika dia masih ada, maka hari ini aku akan menghubunginya, dan mengatakan: "Selamat ulang tahun yang ke-54, ayah!" Tapi ulang tahunnya yang terakhir adalah yang ke-43 tahun, tepat 11 tahun yang lalu.

Empat hari yang lalu, aku mendapat kabar duka dari seorang adik kelas di kampus, ayahnya meninggal secara tiba-tiba karena sakit yang belum terdeteksi. Karena pernah merasakan hal yang seperti itu, seketika aku turut bersedih. Ayahku juga pergi tiba-tiba, tanpa sakit sama sekali, hanya kecelakaan kecil di lalu lintas, lukanya pun hanya luka kecil di lutut karena terjatuh. Tapi dia malah menghembuskan nafas terakhirnya sejam setelah tiba di rumah sakit.

"Never dreamed that he would be gone from me"

Aku tak pernah menduga hal itu. Aku tak menyangka akan merasakan kehilangan yang begitu mendadak. Aku tak pernah mempersiapkan diriku untuk kejadian yang sangat menyedihkan itu. Seketika ayah yang aku banggakan, yang aku sayangi tak ada lagi bersamaku.

Dalam mimpiku ayah beberapa kali hadir. Dan ketika terbangun aku sungguh senang bisa melihat ayah, walau hanya sebentar di dalam mimpi. Kadang aku berharap dia menghubungiku, menanyai kabarku, lalu berbicara tentang banyak hal. Mungkin soal politik, olahraga, ekonomi, budaya, agama atau mungkin aku mencurahkan isi hatiku kepadanya. Tapi semua itu tidak akan pernah terjadi, kecuali dalam mimpi saja.

"Never planned that one day I'd be losing you"
Jika bisa, aku ingin sekali bisa kembali ke masa saat ayah masih ada. Masa ketika dia dengan sabar mengantar-jemputku ke sekolah & bimbingan belajar, masa ketika bangun tidur di pagi hari aku memeluk ayah di tempat tidur, masa ketika dia menggaruk-garukkan janggut tipis di dagunya ke keningku, masa ketika kami bertengkar soal acara televisi, masa ketika dia memarahiku karena aku malas belajar, masa ketika dia memaksaku makan sayur, semuanya!

Saat ini aku hanya ingin mengatakan, kalau aku sangat menyayangi ayah. Aku berharap bisa terus jadi putri kesayangan & kebanggaannya. Aku bersyukur kepada Tuhan yang memberikan aku ayah yang luar biasa. Walaupun kebersamaan kami hanya 15 tahun 8 bulan, tapi dia telah mengajarkan banyak hal yang berguna untuk hidupku selanjutnya. Ayahku adalah salah satu anugerah terindah dalam hidupku. Ayahku adalah idolaku, aku bangga jadi putrinya.

"and in another life I would be your girl"

Monday, June 25, 2012

Football Euforia

Di posting awal blog ini, gw pernah menulis soal euforia sepak bola. Waktu itu gw nulis pas lagi euforia World Cup 2010. Nah, kali ini gw nulis sebagai efek dari euforia Euro Cup 2012 yg lagi berlangsung di Polandia-Ukraina. Yg bakal gw ceritain sih bukan soal kejadian-kejadian di lapangan pertandingan Euro Cup, tapi soal pengalaman gw waktu nonton pertandingan sepak bola pas event gede.

Pertama kali gw doyan nonton bola itu pas World Cup 1998, pas gw masih kelas 2 SMP. Itu gw ikut-ikutan sama ayah gw bangun tengah malam, masak mie instant, gelar tikar di depan tivi, plus bawa-bawa bantal, demi nonton bola. Untungnya itu pas liburan sekolah, jadi ayah ga ngelarang gw buat ikutan begadang.

Selanjutnya di World Cup 2002. Itu acaranya di Jepang & Korea, jadi perbedaan waktu dengan Indonesia ga banyak. Jadi ga perlu begadang ato bangun tengah malam untuk nonton bola, karena siaran langsungnya sekitar jam 6 sore.

Lalu Euro Cup 2004. Nah, di sini agak berat. Karena pas bgt gw lagi persiapan SPMB. Pilihannya adalah belajar ato nonton bola. Ini pas gw lagi di Bandung pula, cuacanya dingin, enakan tidur. Hahahaha.. jadi gw nonton bolanya curi-curi gitu. Gw belajar sampe larut malem bgt, trus pas tandingnya udah mulai, buku-buku gw singkirin.. Hihihihi..

Lanjut World Cup 2006. Itu pas gw lagi liburan semester, libur panjang selama 2 bulan, jadi gw lagi di Medan. Ngga ada halangannya, kecuali mama yg protes karena gw suka teriak pas gol..hahahaha..

Kemudian Euro Cup 2008. Ini kembali dilema. Pas gw lagi nyusun skripsi bok! Gw kudu ngetik draft sampe lewat tengah malem, trus ngejar-ngejar dosen di pagi hari. Sementara ada pertandingan bola. Waktu itu emang gw menargetkan harus bisa nyelesaiin kuliah pas di pertengahan 2008. Artinya gw kudu seminar & sidang di pertengahan 2008, yang ketika itu tepat sedang berlangsung Euro Cup. Di kamar kost gw emang ga ada tipi. Tapi itu ga menghalangi gw buat nonton bola. Demi nonton bola, gw bawa laptop ke kostan temen, dan gw nonton bola sambil ngetik skripsi di sana. Hahahaha.. Niat bgt ya. Tapi keinginan gw tercapai kok, bisa nonton bola, dan lulus di pertengahan 2008.

Selanjutnya World Cup 2010. Ini gw udah kerja. Tapi pas ada event Jakarta Fair & bos gw nyuruh gw jaga stand di sana, artinya pas acara tanding bola disiarin gw ga bisa nonton, karena ga ada tivi di stand kantor gw. Tapi gw ga kehabisan akal. Pas jamnya tanding bola gw ngeles bilang waktunya gw istirahat, trus gw cari deh tempat nonton bareng yg nyaman (istirahat apaan ya yg lamanya 2x45 menit..hahaha..)

Nah, di Euro Cup 2012 ini ngga ada kejadian spesial kayak sebelumnya. Gw cuma stok cemilan, stel alarm, trus bangun pas jam tayang tiba, selesai lanjut tidur. Soalnya gw nonton sendirian di kamar kost, ga perlu gelar tikar, karena gw tiduran di atas kasur. Tapi yang bikin seru adalah taruhannya. Temen-temen di kantor gw yg sekarang heboh ngajak taruhan untuk tebak skor. Modalnya kecil, jadi buat seru-seruan ngga apa-apalah, klo kalah ya ngga sedih-sedih amat, karena modal dikit, anggap aja biaya maen. Tapi klo bisa menang, duitnya lumayan buat makan+jajan selama 2 hari.. Hahahaha..

Friday, June 22, 2012

Saya Orang Batak

Beberapa waktu belakangan ini, media di Indonesia dipanaskan dengan berita bahwa Malaysia mengklaim tarian Tor-tor yang asli dari Indonesia sebagai budaya miliknya. Tor-tor sendiri adalah tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara. Tepatnya, tarian Tor-tor ini adalah milik suku Batak. Jadi sebagai orang Batak, jelas saya agak tersinggung dengan pemberitaan tersebut. Tapi di posting ini saya tidak akan membahas hal tersebut, saya hanya akan bercerita tentang hidup saya sebagai orang Batak.

Saya adalah suku Batak asli, tepatnya subsuku Batak Toba dari Pulau Samosir. Saya lahir di Salak, sebuah kota kecil di Pak-pak Barat (daerah subsuku Batak Pak-pak), dan saya besar di kota Medan. Memang seumur hidup saya hanya beberapa kali mengunjungi Pulau Samosir, yang merupakan tempat kelahiran ayah saya, tapi saya tak pernah lupa akan identitas saya sebagai orang Batak. Jadi sekalipun saya pergi jauh meninggalkan tanah Batak, nilai-nilai kehidupan orang Batak tak pernah saya lupakan.

Hal tersebut adalah karena didikan ayah saya. Saya masih ingat ketika dia memperlihatkan sehelai kertas yg cukup luas di atas meja. Isi kertas itu adalah silsilah orang Batak. Waktu itu ayah menjelaskan kepada saya, terutama pada kakak laki-laki saya, tentang garis keturunan keluarga kami, kami keturunan nomor berapa, dan sebagainya.

Jadi di Sumatera Utara itu ada 3 suku besar, yaitu Melayu, Batak & Nias. Suku Batak terdiri dari 6 subsuku, yaitu Toba, Mandailing, Simalungun, Karo, Angkola & Pak-pak. Setiap subsuku itu punya masing-masing dialek, kain tradisional, baju adat, rumah adat yang berbeda. Pembagian marganya pun berbeda, ada marga yang adalah sama, sehingga keturunannya tidak boleh saling menikahi. Misalnya marga ibu saya adalah Pasaribu, sama dengan marga Malau, Lubis, Sipahutar dan sebagainya. Lalu ada marga yang 'disamakan' dari masing-masing subsuku tersebut. Misalnya, saya bermarga Sinaga, itu sama dengan marga Perangin-angin atau Bangun di Batak Karo.

Soal bahasa, sejujurnya saya tidak terlalu bisa berbahasa Batak. Apalagi ketika saya berada di Jawa Tengah selama 2 tahun, saya benar harus bercampur dengan orang Jawa asli. Tapi saya cukup bisa membedakan bahasa tiap subsuku, dan bisa menangkap maksud pembicaraan orang dalam bahasa Batak. Hal ini juga tidak terlepas dari didikan ayah saya. Ya, walaupun waktu di rumah kami lebih banyak berbahasa Indonesia, tapi ketika kami berkumpul di malam hari, ayah tak lupa mengajarkan bahasa Batak kepada kami, dengan mengartikan lagu-lagu berbahasa Batak ke bahasa Indonesia.

Tentang tarian tradisional, yaitu Tor-tor, saya lebih banyak diajarkan oleh saudara-saudara saya. Saya memang tidak mahir dalam menari Tor-tor, tapi karena sering dipraktekkan, pelan-pelan saya belajar menarikan Tor-tor. Karena orang Batak selalu menarikan Tor-tor ini di semua acara adatnya. Mulai dari pernikahan, syukuran bahkan hingga upacara kematian. Dan tak lupa menggunakan kain tradisional, yaitu Ulos, dengan diiringin musik khas Batak dari Gondang.

Suku Batak membawa sistem patrilineal, dimana keturunan adalah dari pihak laki-laki. Tapi perempuan sangat dihormati dalam adat Batak. Dalam adat Batak, keluarga ibu kita sangat dihormati, begitu juga keluarga nenek, dan keluarga istri. Karena itu perempuan sering disebut 'boru ni raja' yang artinya adalah putri raja. Dan ayah saya sering memanggil saya demikian.

Sebagai penutup, saya tak akan pernah lupa kata-kata ayah saya ini, "Banggalah jadi orang Batak, karena suku Batak adalah suku yang kaya akan adat & budaya, tak ada suku lain di dunia yang seperti suku Batak." Dan dengan ini saya sampaikan, nama saya Sonti boru Sinaga, saya orang Batak Toba asli dan saya bangga jadi orang Batak!