"Gw yang ogah kawin, kok elo yang rese?!"
'Quote' di atas gw ambil
dari tag line sebuah novel karya Christian Simamora. Di umur gw yg udah
layak nikah ini emang pertanyaan sesuai judul post ini sering terlontar
ke telinga gw. Biasanya klo 'diteror' dengan pertanyaan begitu gw akan
menjawab: "segera" atau "as soon as possible" atau "sesuai waktu Tuhan".
Lalu yg bertanya akan membalas lagi: "jangan lama-lama, tar ketuaan,
nyeseal lho". Dan gw hanya tersenyum mendengar komentar seperti itu,
sambil berkata dalam hati seperti tulisan Christian Simamora di atas.
Sebenarnya bukan ogah kawin. I'm a normal woman, sama seperti wanita normal lainnya yang sejak kecil mengimpikan pernikahan, and so do I! Gw selalu bermimpi bisa berjalan menuju altar gereja bersama lelaki yang paling gw cintai untuk diberkati ke dalam pernikahan kudus, lalu bersanding di pelaminan. Cuma saja, gw ga terlalu suka didesak-desak untuk menikah. Dan gw punya alasan untuk itu. Ya, umur gw emang udah layak menikah. Tapi gw ga mau terburu-buru menikah. Karena buat gw, pernikahan itu adalah sesuatu yang kompleks, dan gw harus mempersiapkan diri untuk itu. Gw ngga mau menikah hanya karena alasan umur. Buat gw lebih baik menikah lebih lama tapi dengan orang yang tepat daripada cepat menikah tapi dengan orang yang salah. Klo cuma mau sekedar nikah, gampang aja, tinggal tarik aja laki-laki mana yang mau. Cuma kan ngga bisa murahan gitu juga kan..?
Emang sebagai wanita gw didesak umur karena masalah reproduksi. Tapi pernikahan bukan hanya soal anak. Semua masalah ngga akan selesai dengan menikah, malah makin ribet, tar ada suami, rumah, kerjaan juga trus keluarga, tetangga, kelompok sosial trus anak dan seterusnya.
Klo kita bikin itung-itungannya nih.. Misalnya kita menikah di umur 25 tahun dan meninggal di umur 50 tahun, itu artinya kita menghabiskan setengah dari hidup kita dengan pasangan hidup kita. Yang setengah hidup lagi kan kita ga bisa nentuin siapa orang tua & saudara-saudara kita, sedangkan untuk pasangan hidup kita masih bisa memilih. Jadi jangan asal pilih. Klo dibilang terlalu pemilih ya emang harus begitu. Beli baju yang dipake sekarang terus tahun depan udah rusak aja kita bisa milih banget sampe rela muter-muter beberapa toko bahkan mall, apalagi pasangan hidup. Bukannya sok jual mahal, tapi emang mahal. Hehehehe..
Lagian gw masih pengen nikmatin hidup tanpa ikatan. Gw masih pengen bisa pergi ke sana dan ke mari tanpa terikat oleh pasangan, apalagi anak. Gw bukannya ngga suka sama anak-anak. Gw penyuka anak-anak, tapi untuk saat ini gw lebih suka travelling daripada anak-anak. Yeah, I'm single and free!
Hidup gerakan "Indonesia-tanpa-Kapan-Nikah?"