Saya suka
musik. Dan saya juga dibesarkan dalam keluarga yang menyukai musik. Jadi hidup
saya diwarnai oleh musik, karena sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan
musik. Tapi saya tidak bisa memainkan salah satu jenis alat musik mana pun
dengan baik, pun menyanyi saya tidak bisa bernyanyi dengan sempurna, karena
memang suara saya pas-pasan. Hehehehehe..
Dulu waktu
SMP saya pernah belajar memainkan alat musik di sekolah, yaitu suling, tapi
bukan suling bambu. Saya ingat, pertama kali kami belajar nada
do-re-mi-fa-so-la-si-do terlebih dulu. Guru seni musik kami mengajari, lubang
mana yang harus ditutup dan dibuka di tiap nada. Lalu kami belajar memainkan
satu lagu. Waktu itu lagu yang kami pelajari adalah lagu Hymne Guru, karena
nada dalam lagu ini memang terbilang mudah.
Setelah itu
di SMU saya pernah belajar main keyboard. Kebetulan di rumah memang ada
keyboard. Tapi adik saya saja yang diberikan guru privat untuk mempelajari alat
musik tersebut. Sedangkan saya suka mempelajarinya sendiri mengikuti petunjuk
di buku musik dan buku petunjuk penggunaan alat musik tersebut. Kadang-kadang
saya juga mengintip adik saya yang sedang les dan melihat-lihat isi buku
catatannya untuk kemudian saya pelajari sendiri. Dan hasilnya lumayan, saya
bisa mempelajari beberapa kunci dasar dan memainkan lagu-lagu dengan
kunci-kunci yang sederhana.
Saya juga
pernah mau belajar memainkan gitar. Saya sudah sempat hapal beberapa kunci
dasarnya. Cuma saya tidak melanjutkannya karena saya lebih menyayangi jari-jari
lentik saya beserta kuku-kuku indah saya yang tumbuh dengan bagus. Saya takut
jari dan kuku saya menjadi jelek bila saya bermain gitar. Hehehehe..
Untuk vokal,
saya pernah bergabung di paduan suara di gereja, sekolah dan kampus saya. Suara
saya termasuk dalam suara tinggi wanita atau sopran, tapi ada beberapa pelatih
paduan suara yang memasukkan saya dalam kelompok alto atau suara rendah wanita,
katanya suara saya bisa masuk dalam kedua kelompok tersebut. Entahlah, saya
tidak terlalu mengerti pembagian suara itu, saya hanya senang bernyanyi,
makanya saya ikut paduan suara, itu saja sudah cukup bagi saya. Tapi jika
disuruh memilih saya lebih senang masuk kelompok sopran, karena kalau di alto
suara saya cenderung jadi fals, walaupun kata orang lebih mudah bernyanyi di
alto karena nada-nadanya rendah, dan butuh tenaga lebih untuk bernyanyi
setinggi nada-nada sopran. Saya tetap lebih senang menekuni nada-nada tinggi
yang melelahkan di sopran daripada bernyanyi dengan jelek di alto.
Ketika SMU
saya sangat intens mengikuti kelompok paduan suara pemuda di gereja saya. Kami
berlatih hampir setiap minggu. Sedangkan paduan suara di sekolah tidak bisa bergabung karena gagal audisi. Di kampus juga saya ikut dalam paduan suara di UKM
yang saya ikuti, tapi latihannya tidak seintens di gereja saya dulu, karena
kegiatan yang kami lakukan cukup banyak jadi latihan paduan suara hanya jika
diperlukan saja ketika akan tampil.
Saya memang
lebih senang bernyanyi dalam paduan suara atau minimal grup vokal dibanding
jika harus bernyanyi solo atau duet. Entahlah, saya tidak memiliki kepercayaan
diri jika menyanyi sendiri atau berdua. Dan menurut seorang teman saya di
kampus, memang saya lebih baik bernyanyi dalam kelompok untuk menutupi beberapa
kekurangan suara saya. Saya memang mengakui kalau suara saya tidak terlalu
bagus jika harus tampil solo, dan tampil sendiri membuat saya kurang percaya
diri.
Latihan-latihan
paduan suara itu membuat saya juga menyukai beberapa lagu klasik. Kesukaan saya
adalah lagu-lagu gubahan Bethoven dan Bach. Lagu mereka juga banyak terdapat
dalam lagu-lagu tradisional gerejawi. Dan saya sangat menikmati jika lagu
mereka ada dalam sebuah kebaktian di gereja.
Selama di
paduan suara, saya hanya menyanyikan lagu-lagu rohani. Jadi saya lebih terlatih
untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Tapi bukan berarti saya tidak menyukai lagu
sekuler. Saya sangat menyukai lagu dengan genre pop, dan saya memiliki beberapa
penyanyi favorit. Sejak SMP saya sangat menggemari grup vokal Westlife dari
Irlandia. Semua lagu mereka lengkap ada di dalam laptop saya. Untuk penyanyi
wanita, saya sangat menyukai Celine Dion dan Beyoncé. Untuk penyanyi pria, saya
menyukai Phill Collins dan Josh Groban. Bagi saya suara mereka sangat ber-power
sehingga saya bisa merasakan emosi dalam lagu-lagu yang mereka bawakan.
Ada banyak
penyanyi lain yang saya sukai, baik lokal maupun mancanegara, grup atau solo,
pria maupun wanita, dari berbagai genre musik, namun yang benar-benar berkesan
bagi saya hanya mereka. Apalagi sekarang banyak sekali penyanyi baru, baik yang
berupa grup maupun solo. Banyak lagu yang juga saya sukai, kadang saya hanya
menyukai aransemennya saja, atau penyanyinya saja, atau karena lirik lagunya
saja. Yang pasti saya tidak menyukai penyanyi dengan lagu asal-asalan dengan
lirik seadanya. Entahlah, bagi saya lagu seperti itu seperti tidak bermutu,
apalagi jika ditambah dengan karakter vokal penyanyinya yang pas-pasan, tidak
bisa tampil live, hanya bisa lip-sync dengan hasil rekaman yang sudah dipoles
sana-sini. Saya juga tidak suka lagu-lagu hard rock, buat saya lagu dengan
genre ini sangat mengganggu pendengaran saya.
Tapi sesuka
apapun saya sama penyanyi tertentu, saya tidak terlalu ingin menonton konser
mereka secara langsung. Bagi saya menonton konser dengan berdesak-desakan itu
melelahkan, karena saya tidak bisa menikmati penampilan mereka. Cukup duduk
santai sambil mendengar musik mengalun di mp3 player sudah menyenangkan bagi
saya. Karena itu saya hanya suka menonton konser paduan suara. Seumur-umur saya
hanya pernah menonton konser paduan suara beberapa kali dan sama sekali belum
pernah menonton konser penyanyi lain. Karena konser paduan suara itu tenang
sekali, saya bisa mendapatkan tempat duduk sendiri tanpa perlu berdesak-desakan
dan bisa menikmati setiap musik dengan nyaman.
Untuk musik
tradisional, favorit saya tetap musik khas Batak dengan alat musik tradisionalnya.
Satu hal yang membuat saya senang mendatangi acara adat Batak adalah untuk
mendengarkan musik tradisional secara langsung. Tapi saya juga menyukai
musik-musik dari suku lain di Indonesia. Jika saya berkunjung ke berbagai
tempat di Indonesia, saya berharap bisa mendengarkan musik tradisional daerah
tersebut di bandara atau stasiun atau terminal tempat kedatangannya sebagai
penyambutan terhadap para pengunjung daerah tersebut.
Ya, itulah
musik, punya efek ‘magis’ bagi yang mendengarkan. Bisa mengubah mood,
menghilangkan penat dan menimbulkan kenangan tersendiri. Kadang lewat sebuah
lagu saya bisa tersenyum, sedangkan lagu lain bisa membuat saya menangis. Saya
sendiri bisa sepanjang hari mendengarkan musik, karena dengan mendengarkan
musik saya merasa lebih tenang, semakin semangat dan membuat otak saya bekerja
lebih baik. Jika saya harus menempuh perjalanan antar kota yang panjang,
biasanya saya mendengarkan lagu-lagu di mp3-player saya. Dan kesukaan saya
adalah bernyanyi di kamar mandi, karena di kamar mandilah saya bisa bernyanyi
solo dengan percaya diri. Hahahahaha...
Jadi kepada
penyanyi-penyanyi favorit saya, komposer pujaan saya, serta pencipta dan
arranger lagu-lagu kesukaan saya, terima kasih untuk kerja keras kalian yang
brilian itu, karena telah membantu saya melewati banyak hal. Dan terutama
terima kasih kepada Tuhan yang memberikan musik untuk dinikmati manusia.