Tuesday, October 9, 2012

Let The Music Heal Your Soul

Saya suka musik. Dan saya juga dibesarkan dalam keluarga yang menyukai musik. Jadi hidup saya diwarnai oleh musik, karena sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan musik. Tapi saya tidak bisa memainkan salah satu jenis alat musik mana pun dengan baik, pun menyanyi saya tidak bisa bernyanyi dengan sempurna, karena memang suara saya pas-pasan. Hehehehehe..

Dulu waktu SMP saya pernah belajar memainkan alat musik di sekolah, yaitu suling, tapi bukan suling bambu. Saya ingat, pertama kali kami belajar nada do-re-mi-fa-so-la-si-do terlebih dulu. Guru seni musik kami mengajari, lubang mana yang harus ditutup dan dibuka di tiap nada. Lalu kami belajar memainkan satu lagu. Waktu itu lagu yang kami pelajari adalah lagu Hymne Guru, karena nada dalam lagu ini memang terbilang mudah.

Setelah itu di SMU saya pernah belajar main keyboard. Kebetulan di rumah memang ada keyboard. Tapi adik saya saja yang diberikan guru privat untuk mempelajari alat musik tersebut. Sedangkan saya suka mempelajarinya sendiri mengikuti petunjuk di buku musik dan buku petunjuk penggunaan alat musik tersebut. Kadang-kadang saya juga mengintip adik saya yang sedang les dan melihat-lihat isi buku catatannya untuk kemudian saya pelajari sendiri. Dan hasilnya lumayan, saya bisa mempelajari beberapa kunci dasar dan memainkan lagu-lagu dengan kunci-kunci yang sederhana.

Saya juga pernah mau belajar memainkan gitar. Saya sudah sempat hapal beberapa kunci dasarnya. Cuma saya tidak melanjutkannya karena saya lebih menyayangi jari-jari lentik saya beserta kuku-kuku indah saya yang tumbuh dengan bagus. Saya takut jari dan kuku saya menjadi jelek bila saya bermain gitar. Hehehehe..

Untuk vokal, saya pernah bergabung di paduan suara di gereja, sekolah dan kampus saya. Suara saya termasuk dalam suara tinggi wanita atau sopran, tapi ada beberapa pelatih paduan suara yang memasukkan saya dalam kelompok alto atau suara rendah wanita, katanya suara saya bisa masuk dalam kedua kelompok tersebut. Entahlah, saya tidak terlalu mengerti pembagian suara itu, saya hanya senang bernyanyi, makanya saya ikut paduan suara, itu saja sudah cukup bagi saya. Tapi jika disuruh memilih saya lebih senang masuk kelompok sopran, karena kalau di alto suara saya cenderung jadi fals, walaupun kata orang lebih mudah bernyanyi di alto karena nada-nadanya rendah, dan butuh tenaga lebih untuk bernyanyi setinggi nada-nada sopran. Saya tetap lebih senang menekuni nada-nada tinggi yang melelahkan di sopran daripada bernyanyi dengan jelek di alto.

Ketika SMU saya sangat intens mengikuti kelompok paduan suara pemuda di gereja saya. Kami berlatih hampir setiap minggu. Sedangkan paduan suara di sekolah tidak bisa bergabung karena gagal audisi. Di kampus juga saya ikut dalam paduan suara di UKM yang saya ikuti, tapi latihannya tidak seintens di gereja saya dulu, karena kegiatan yang kami lakukan cukup banyak jadi latihan paduan suara hanya jika diperlukan saja ketika akan tampil.

Saya memang lebih senang bernyanyi dalam paduan suara atau minimal grup vokal dibanding jika harus bernyanyi solo atau duet. Entahlah, saya tidak memiliki kepercayaan diri jika menyanyi sendiri atau berdua. Dan menurut seorang teman saya di kampus, memang saya lebih baik bernyanyi dalam kelompok untuk menutupi beberapa kekurangan suara saya. Saya memang mengakui kalau suara saya tidak terlalu bagus jika harus tampil solo, dan tampil sendiri membuat saya kurang percaya diri.

Latihan-latihan paduan suara itu membuat saya juga menyukai beberapa lagu klasik. Kesukaan saya adalah lagu-lagu gubahan Bethoven dan Bach. Lagu mereka juga banyak terdapat dalam lagu-lagu tradisional gerejawi. Dan saya sangat menikmati jika lagu mereka ada dalam sebuah kebaktian di gereja.

Selama di paduan suara, saya hanya menyanyikan lagu-lagu rohani. Jadi saya lebih terlatih untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Tapi bukan berarti saya tidak menyukai lagu sekuler. Saya sangat menyukai lagu dengan genre pop, dan saya memiliki beberapa penyanyi favorit. Sejak SMP saya sangat menggemari grup vokal Westlife dari Irlandia. Semua lagu mereka lengkap ada di dalam laptop saya. Untuk penyanyi wanita, saya sangat menyukai Celine Dion dan Beyoncé. Untuk penyanyi pria, saya menyukai Phill Collins dan Josh Groban. Bagi saya suara mereka sangat ber-power sehingga saya bisa merasakan emosi dalam lagu-lagu yang mereka bawakan.

Ada banyak penyanyi lain yang saya sukai, baik lokal maupun mancanegara, grup atau solo, pria maupun wanita, dari berbagai genre musik, namun yang benar-benar berkesan bagi saya hanya mereka. Apalagi sekarang banyak sekali penyanyi baru, baik yang berupa grup maupun solo. Banyak lagu yang juga saya sukai, kadang saya hanya menyukai aransemennya saja, atau penyanyinya saja, atau karena lirik lagunya saja. Yang pasti saya tidak menyukai penyanyi dengan lagu asal-asalan dengan lirik seadanya. Entahlah, bagi saya lagu seperti itu seperti tidak bermutu, apalagi jika ditambah dengan karakter vokal penyanyinya yang pas-pasan, tidak bisa tampil live, hanya bisa lip-sync dengan hasil rekaman yang sudah dipoles sana-sini. Saya juga tidak suka lagu-lagu hard rock, buat saya lagu dengan genre ini sangat mengganggu pendengaran saya.

Tapi sesuka apapun saya sama penyanyi tertentu, saya tidak terlalu ingin menonton konser mereka secara langsung. Bagi saya menonton konser dengan berdesak-desakan itu melelahkan, karena saya tidak bisa menikmati penampilan mereka. Cukup duduk santai sambil mendengar musik mengalun di mp3 player sudah menyenangkan bagi saya. Karena itu saya hanya suka menonton konser paduan suara. Seumur-umur saya hanya pernah menonton konser paduan suara beberapa kali dan sama sekali belum pernah menonton konser penyanyi lain. Karena konser paduan suara itu tenang sekali, saya bisa mendapatkan tempat duduk sendiri tanpa perlu berdesak-desakan dan bisa menikmati setiap musik dengan nyaman.

Untuk musik tradisional, favorit saya tetap musik khas Batak dengan alat musik tradisionalnya. Satu hal yang membuat saya senang mendatangi acara adat Batak adalah untuk mendengarkan musik tradisional secara langsung. Tapi saya juga menyukai musik-musik dari suku lain di Indonesia. Jika saya berkunjung ke berbagai tempat di Indonesia, saya berharap bisa mendengarkan musik tradisional daerah tersebut di bandara atau stasiun atau terminal tempat kedatangannya sebagai penyambutan terhadap para pengunjung daerah tersebut.

Ya, itulah musik, punya efek ‘magis’ bagi yang mendengarkan. Bisa mengubah mood, menghilangkan penat dan menimbulkan kenangan tersendiri. Kadang lewat sebuah lagu saya bisa tersenyum, sedangkan lagu lain bisa membuat saya menangis. Saya sendiri bisa sepanjang hari mendengarkan musik, karena dengan mendengarkan musik saya merasa lebih tenang, semakin semangat dan membuat otak saya bekerja lebih baik. Jika saya harus menempuh perjalanan antar kota yang panjang, biasanya saya mendengarkan lagu-lagu di mp3-player saya. Dan kesukaan saya adalah bernyanyi di kamar mandi, karena di kamar mandilah saya bisa bernyanyi solo dengan percaya diri. Hahahahaha...

Jadi kepada penyanyi-penyanyi favorit saya, komposer pujaan saya, serta pencipta dan arranger lagu-lagu kesukaan saya, terima kasih untuk kerja keras kalian yang brilian itu, karena telah membantu saya melewati banyak hal. Dan terutama terima kasih kepada Tuhan yang memberikan musik untuk dinikmati manusia.

No comments:

Post a Comment