
aknya didapatkan oleh semua orang secara setara. Apalagi dalam budaya patrilineal, laki-laki dianggap lebih diutamakan untuk mendapatkan pendidikan. Namun oleh perjuangan Ibu Kartini, maka sekarang banyak wanita yang dapat berpendidikan tinggi, dan sebagian wanita dapat bekerja di 'ladang' para pria.
Jadi, aku itu satu-satunya wanita di unit kerjaku. Sejak lulus kuliah hingga saat ini aku memang bekerja di posisi yang sama. Untuk posisi ini, sebenarnya ada cukup banyak wanita, tapi tergantung produk yang ditangani.

Lalu di kantorku saat ini, aku kembali merasakan sebagai satu-satunya wanita. Memang untuk di perusahaan ini pria dianggap lebih cocok, karena alasan survey ke customer tersebut, surveynya bukan di dalam kota, namun ke luar kota sampai masuk ke pedalaman. Dan aku pun harus mengalami itu, aku pergi ke pelosok dengan pesawat kecil, menyebrang sungai dengan speed boat kecil.
Di sini saya harus bisa mengimbangi cara kerja para pria itu yang fisiknya tentu lebih kuat. Dan atasan saya tidak membedakan saya karena saya seorang wanita. Maka saya harus bisa seperti pria-pria itu. Hal lain yang merepotkan adalah, saya akan lebih ribet kalau harus dinas keluar kota, karena bawaan saya lebih banyak sebagai wanita, jadi saya juga harus belajar untuk bepergian dengan praktis seperti mereka.
Yah, begitulah suka duka saya yang bekerja sebagai satu-satunya wanita di antara 11 pria di kantor. Selamat Hari Kartini, jadilah wanita Indonesia yang tangguh!
No comments:
Post a Comment