Sunday, April 21, 2013
Aku Kartini
Di Hari Kartini ini, aku mau cerita soal pekerjaanku sehari-hari aja. Apa hubungannya? Kan, Ibu Kartini itu dulu berjuang untuk emansipasi wanita. Supaya perempuan bisa mendapatkan pendidikan yang layak, dan mendapatkan hak lain yang selay
aknya didapatkan oleh semua orang secara setara. Apalagi dalam budaya patrilineal, laki-laki dianggap lebih diutamakan untuk mendapatkan pendidikan. Namun oleh perjuangan Ibu Kartini, maka sekarang banyak wanita yang dapat berpendidikan tinggi, dan sebagian wanita dapat bekerja di 'ladang' para pria.
Jadi, aku itu satu-satunya wanita di unit kerjaku. Sejak lulus kuliah hingga saat ini aku memang bekerja di posisi yang sama. Untuk posisi ini, sebenarnya ada cukup banyak wanita, tapi tergantung produk yang ditangani.
Dulu di kantorku yang sebelum ini, ada beberapa wanita yang menduduki posisi ini, tapi memang sangat sedikit dibanding porsi pria. Itu pun wanita mengisi posisi tersebut baru dimulai sejak 3 tahun terakhir. Jadi aku sempat mengalami dalam 1 tim sebagai satu-satunya wanita, bukan hanya di cabang dimana aku ditempatkan, bahkan di regional, aku satu-satunya wanita. Kemudian seiring berkembangnya organisasi, ada posisi di bawah supervisiku yang ditambah untuk membantu pekerjaanku, dan untuk posisi itu perusahaan cenderung memilih wanita. Sedangkan untuk posisiku perusahaan masih cenderung memilih pria. Alasannya cukup masuk di akal, karena pekerjaanku menuntutku untuk kunjungan ke lapangan, jadi butuh fisik yang kuat. Tapi kalau hanya kunjungan singkat di dalam kota yang dilakukan sesekali menurutku wanita cukup kuat.
Lalu di kantorku saat ini, aku kembali merasakan sebagai satu-satunya wanita. Memang untuk di perusahaan ini pria dianggap lebih cocok, karena alasan survey ke customer tersebut, surveynya bukan di dalam kota, namun ke luar kota sampai masuk ke pedalaman. Dan aku pun harus mengalami itu, aku pergi ke pelosok dengan pesawat kecil, menyebrang sungai dengan speed boat kecil.
Di sini saya harus bisa mengimbangi cara kerja para pria itu yang fisiknya tentu lebih kuat. Dan atasan saya tidak membedakan saya karena saya seorang wanita. Maka saya harus bisa seperti pria-pria itu. Hal lain yang merepotkan adalah, saya akan lebih ribet kalau harus dinas keluar kota, karena bawaan saya lebih banyak sebagai wanita, jadi saya juga harus belajar untuk bepergian dengan praktis seperti mereka.
Yah, begitulah suka duka saya yang bekerja sebagai satu-satunya wanita di antara 11 pria di kantor. Selamat Hari Kartini, jadilah wanita Indonesia yang tangguh!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment