Monday, August 30, 2010

Jumat, 20 November 2009

Hari Jumat di kala pagi itu. Aku tiba di tempat itu sekitar pukul 07.40 WIB, aku takut terlambat, tapi tampaknya hari itu aku datang terlalu pagi. Belum banyak orang di tempat itu. Aku masuk ke ruangan depan. Masih sangat sepi. Aku mencoba memanggil, sebentar tak ada yang menyahut. Aku mencoba memanggil lagi, tak lama ada seorang pegawai wanita keluar. Aku memperkenalkan diriku dan mengatakan keperluanku di tempat itu. Setelah pembicaraan singkat itu, ia menyuruhku duduk sembari menunggu, karena memang orang-orang di tempat itu belum datang semuanya. Lalu aku pun duduk manis di salah satu kursi di jajaran kursi berwarna merah itu. Beberapa menit berselang, ada seseorang masuk dari pintu kaca depan tempat itu. Seorang pria, dengan postur tubuh agak kurus dan tidak terlalu tinggi. Sejenak kami saling menatap. Namun aku tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, karena dia masih mengenakan helm abu-abunya dan jaket kulit berwarna hitam. Ya, itu adalah kamu. Dan itu adalah untuk pertama kalinya aku melihat sosokmu.

Waktu berlalu, satu per satu orang datang ke tempat itu. Aku pun dipersilakan naik ke lantai 3. Ternyata di sana semua orang sudah berkumpul. Aku tak sadar telah melewatimu yang berdiri di dekat tangga, dan aku berdiri di depanmu. Saat pertemuan itu hampir selesai, aku diminta untuk memperkenalkan diri. Suasana menjadi agak riuh. Wajar menurutku, di sana ada puluhan pria dan hanya ada 5 orang wanita, termasuk aku. Aku pun memperkenalkan diri dengan disambut pernyataan dan pertanyaan yang tidak jelas aku dengar dari pria-pria itu. Lalu namamu disebut oleh si bos. Dan suasana kembali riuh dengan siulan orang-orang itu sambil menyebut-nyebut namamu. Aku memalingkan wajahku ke belakang ke arah kamu berdiri dan aku melihat wajahmu di sana. Aku hanya diam dan tersenyum, aku menganggap itu hanya bercanda. Kamu pun hanya mengangguk dan tersenyum simpul. Kemudian aku dipersilakan untuk mengikutimu karena kita memang bekerja di bagian yang sama. Sesaat setelah pertemuan itu selesai, kamu memanggil aku dan mengajakku turun menuju lantai 2, dan mempersilakan aku duduk di kursi tepat di sebelah meja kerjamu. Itulah pertama kali aku berkenalan denganmu dan berbicara denganmu.

Saturday, August 28, 2010

Yang Aku Renungkan

Orang-orang terdekatku mungkin tahu kalau belakangan ini aku sering merasa kesepian, bosan, sedih, takut, khawatir, marah dan kecewa.

Ya, inilah ungkapan perasaan hatiku. Aku begitu lelah. Aku merasa telah berjalan entah kemana. Emosiku tak terkendali. Saat ini aku hanya ingin mengucap syukur kepada Tuhan. Sungguh tak terhitung berkat-Nya dalam hidupku. Hanya aku yang terlalu banyak menuntut, sehingga aku lupa bersyukur. Malah aku begitu banyak berbuat salah, dan dengan bodohnya aku malah merasa sok benar. Memang begitulah sebuah kesalahan ketika kita perbuat, kita merasa benar. Syukur dan ampun, kedua kata ini yang banyak aku ucapkan pada Tuhan atas banyak hal yang telah terjadi dalam hidupku selama ini. Melalui perjalanan yang penuh dengan kesendirian ini, membuat aku banyak merenung. Betapa dosaku di hadapan Tuhan dan betapa luar biasa kasih-Nya dalam hidupku.

Aku ingat, di catatan pembuka skripsiku, aku menulis lirik sebuah lagu yang aku suka, aku hanya menulis bait reff saja. Begini lirik lagu itu:

“Kalau ‘ku hidup, ‘ku hidup bagi-Mu
Hatiku tetap, tetap menyembah-Mu
Dunia tak bisa menjauhkan ‘ku dari kasih-Mu
S’lama ‘ku hidup, ‘ku hidup bagi-Mu
Mataku tetap, tetap memandang-Mu
Dunia tak bisa menjauhkan ‘ku dari kasih-Mu”

Aku merasa semua yang aku alami selama ini telah membuat aku menjauh dari Tuhan. Entah mengapa aku merasa terlalu berharap pada dunia ini, pada manusia, semuanya membuat aku perlahan-lahan menjauh dari Tuhan. Aku tak mengerti dengan semua pergumulanku ini. Aku malah menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan, menyalahkan waktu, dan mungkin menyalahkan Tuhan. Hingga aku hanya bisa terdiam dan menangis ketika semuanya menghilang dan aku merasa ternyata hanya Dia yang selalu setia menemaniku melewati semua itu.

Manusia tetaplah manusia, tidak sempurna. Jangan berharap pada manusia, pada dunia ini. Karena semuanya fana. Hanya Tuhan yang abadi, yang penuh kasih, yang sanggup menolong. Dia tak pernah meninggalkan aku sendirian. Jadi berharaplah hanya kepada Tuhan, maka Ia akan memberikan kekuatan yang baru. Jangan menyerah terhadap semua pergumulan hidup, tapi berserahlah pada-Nya, serahkan semuanya kepada Tuhan, karena hanya Dia yang sanggup menolong.

Wednesday, August 25, 2010

maksudnya ??

Saya baru saja membaca sebuah blog. Isinya tak perlu saya ungkapkan di sini, yang pasti saya agak tersinggung sekaligus tersindir dengan isinya (atau saya saja yang terlalu sensitif atau perasa). Entahlah.

Isi blog itu mengingatkan saya pada sesuatu hal. Satu hal yang pernah membuat saya kecewa dan sakit hati. Lalu mengapa saya tidak melaporkan isi blog itu saja? Sepertinya tidak perlu sereaktif itu.

Karena kemudian saya menjadi berandai-andai. Andai saja bisa seperti ini dan seperti itu. Andai saja tak perlu seperti ini dan seperti itu. Ya, mengandaikan tampaknya indah sekali. Tetapi kenyataan yang harus benar-benar saya dan Anda hadapi di setiap detak waktu yang berlalu.

Monday, August 23, 2010

Untukmu

Sendiri. Aku jadi banyak memikirkanmu. Rasanya berat membiasakan diri jika tanpamu. Aku telah terbiasa denganmu. Rasanya seperti tak punya pegangan. Aku jadi banyak bingung, tak tahu ingin bertanya pada siapa tentang banyak hal yang ada di depan mataku saat ini.

Serba salah aku melalui waktu di tempat yang sejauh ini darimu. Aku berharap kamu menghubungiku. Tapi aku malah tak tahu akan berkata apa ketika akhirnya kamu benar-benar menghubungiku. Rasanya aku menjadi begitu bodoh dan gila.

Ingin menghapus bayanganmu, tapi rasanya itu sulit. Terlalu banyak kenangan tentang kita yang terukir dalam hatiku. Aku ingin tahu apakah ada sesuatu yang bisa benar-benar mengalihkan perhatianku dari segala pikiran dan perasaan tentangmu?

Entah sudah berapa lama aku menahan semua ini. Apakah aku masih kuat? Entahlah. Aku belum siap jika harus benar-benar berpisah denganmu.

Andai saja kamu tahu apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini.

Aku masih ingat semua pembicaraan yang pernah kita lakukan. Tampaknya aku terlalu banyak berbicara tentang diriku sendiri, sehingga aku hampir-hampir tak banyak tahu tentang siapa kamu.

Andai saja kamu tahu kenapa aku melakukan itu. Aku hanya tak ingin kamu tahu lebih banyak apa yang sebenarnya yang aku rasakan padamu. Aku ingin kamu tahu bagaimana aku harus bersikap tentang semua perasaan ini. Mungkin itu prinsipku.

Aku tak ingin kamu mengucapkan kata-kata itu lagi. Andai saja kamu benar-benar mengerti betapa perihnya hati ini ketika kau mengucapkan semua itu.

Aku hanya berharap yang terbaik, untukku dan untukmu. Semoga.

Aku sungguh tak ingin menyakiti siapa pun. Maaf jika kau terluka karena semua yang aku lakukan. Aku hanya ingin yang terbaik. Aku sungguh tak kuasa atas apa yang terjadi di antara kita. Mungkin suatu hari nanti kau mengerti dan bisa menghancurkan semuanya. Apakah aku masih boleh meyakini suatu saat nanti semua angan ini bisa terwujud? Entahlah.

Thursday, August 5, 2010

Why Do I Keep On Asking 'Why'? (Because 'why' is just never stop question..)

Kenapa langit itu biru?
Dan darah itu merah?
Lalu daun itu hijau?
Kemudian tanah itu coklat?
Terus pelangi itu berwarna-warni?

Kenapa ada siang dan malam?
Kenapa malam itu gelap hanya dengan bulan dan bintang-bintang?
Dan siang itu cerah dengan matahari?

Kenapa laut itu penuh dengan air?
Dan daratan itu kering?
Kenapa pantai terasa panas?
Dan pegunungan terasa dingin?

Kenapa ada es di kutub utara dan selatan?
Kenapa ada daerah khatulistiwa yang tropis?
Kenapa di sana ada 4 musim?
Dan di sini hanya ada 2 musim?

Kenapa hujan membuat semuanya menjadi basah?
Kenapa di gurun sangat kering?
Kenapa ada palung dan jurang yang dalam?
Kenapa ada bukit yang menjulang?

Kenapa bumi itu bulat?
Kenapa matahari tebit di timur?
Kemudian tenggelam di barat?

Kenapa ada perbedaan?
Kenapa warna kulit, mata dan rambut manusia bisa berbeda?
Kenapa begitu ada banyak bahasa di dunia ini?

Kenapa bentuk tengkorak dan rambut manusia bisa beragam?
Kenapa ada begitu banyak jenis musik dan kesenian?

Lalu kenapa aku ada di bumi ini?
Kenapa aku dilahirkan?
Kenapa aku bertemu kamu, dia, kalian dan mereka?

Kenapa aku seperti ini dan seperti itu?
Kenapa aku melalui ini dan itu?
Kenapa aku mengalami ini dan itu?
Kenapa aku merasa begini dan begitu?
Kenapa aku yang dipilih untuk ini dan itu?
Dan kenapa aku memilih ini dan itu?
Kenapa aku suka yang ini dan yang itu?
Kenapa aku begini dan begitu?

Kenapa aku di sini saat ini?
Kenapa aku menulis semua ini?

Semua pertanyaan ’kenapa’ ini tak akan ada habisnya.
Lalu kenapa aku harus terus bertanya ‘kenapa’?
Semua ’kenapa’ itu membuat aku menjadi lupa bersyukur.
Malah seperti menghakimi dan menyesali banyak hal.
Aku pun tak tahu gunanya merasa seperti itu.

Kenapa aku tak bertanya SIAPA?
Siapa Dia yang bekerja di balik itu semua.
Dengan mengingat Dia, maka aku akan bisa terus bersyukur.
Karena Dia yang merancangkan setiap hal untuk kebaikan.

He makes everything happen just for a good reason.
Because He loves you so much.
Hanya itu yang perlu aku & kamu ketahui.
Tanpa perlu bertanya kenapa